Semarang – KeSEMaTONLINE. Pada tanggal 21 Mei 2016, mulai pukul 13.30 – 15.00 WIB, Kuslar Kreatif, salah satu industri mangrove kreatif KeSEMaT yang memproduksi film-film mangrove – diwakili oleh owner-nya, yaitu Sdr. Rohmat Kuslarsono, menjadi pembicara di Screening Film “Semarang?” produksi Kuslar Kreatif di acara Semarang Movie Party (SMP).
“Semarang?” menceritakan tentang jeritan warga Semarang, yang melihat kondisi terkini kawasan mangrove dan pesisir di Semarang yang terkena dampak reklamasi pantai dan tekanan lahan lainnya.
“Acara ini dilakukan di Baruna Point, kawasan industri Terboyo, Semarang. Senang sekali, dapat berbagi proses kreatif pembuatan “Semarang?” bersama Rekan-rekan sineas Ruang Film Semarang,” ungkap Sdr. Rohmat.
Menurut dia, proses pembuatan Semarang? terinspirasi dari kondisi pesisir Semarang yang kian hari kian sulit.
“Mangrove ditebang, rob dimana-mana, intrusi air laut, reklamasi pantai, belum lagi efek pemanasan global, naiknya muka air laut dan turunnya permukaan tanah di Semarang karena tanahnya yang masih labil, tak kuat dalam menahan gempuran pembangunan pemukiman, kawasan industri di atasnya, dan lain-lain,” jelasnya lebih lanjut.
“Semarang?” mendapatkan perhatian dari peserta SMP yang hadir. Pada saat sesi diskusi, beberapa dari mereka memberikan pertanyaan, dan juga komentar atas film tersebut.
“Apakah ada rencana untuk mengirimkan film ini di acara-acara film yang lain, setelah di sini?” ujar salah satu peserta.
“Filmnya bagus, ada juga beberapa film idealis yang memilki konsep seperti ini,” ujar peserta yang lainnya.
“Semarang?” diputar bersama dengan film-film dokumenter dan indie lainnya buatan dari sineas dari Semarang dan kota-kota di sekitarnya.
Lebih lanjut, owner Kuslar Kreatif menjelaskan bahwa film ini juga akan diputar sebagai bahan audiensi dengan Walikota Semarang, dalam beberapa hari mendatang.
“Dengan adanya film ini, maka saya harap para pemangku kebijakan mangrove dan pesisir di Semarang akan dapat lebih aware lagi terhadap regulasi yang mereka hasilkan, mengingat secara tersirat, warga pesisir Semarang sudah menjerit-jerit di film ini,” pungkasnya. (KK/ADM).