Semarang – KeSEMaTONLINE. Pada tanggal 27 – 28 Agustus 2018, bertempat di Aston Semarang Hotel and Convention Center, KeSEMaT yang diwakili oleh Sdr. Bifa A. Manuhuwa (Presiden) menghadiri Workshop Peningkatan Akses Pendanaan Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Direktorat Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional.
Acara tersebut dihadiri oleh SKPD dari berbagai kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan juga swasta. Kegiatan dilaksanakan selama dua hari dan dimulai pada pukul 08.00 WIB.
Hari pertama, para peserta mendapatkan paparan materi dari lembaga pendanaan internasioanl, yaitu Green Climate Funds (GCF) dan Global Environmental Facility (GEF). Selanjutnya, terdapat pemaparan materi yang disampaikan oleh Kementerian Keuangan dan KLHK.
“Dalam kegiatan ini diketahui bahwa Indonesia sedang membentuk Badan Layanan Umum (BLU) Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) yang bertujuan untuk memobilisasi dana perubahan iklim yang berasal dari publik maupun swasta,” jelas Presiden.
Melalui BPDLH diharapkan pengelolaan dana perubahan iklim akan menjadi lebih efektif dan efisien baik untuk kegiatan adaptasi maupun mitigasi.
Presiden KeSEMaT memaparkan proyek Pengembangan MECoK di Jepara.
“Dengan diadakannya workshop ini, maka kedepannya, masyarakat yang ingin menyusun program pendanaan berkelanjutan diharapkan dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pemberi dana dalam mengakses pendanaan yang ada, sehingga dapat lebih optimal lagi dalam mendukung pengendalian perubahan iklim di Indonesia,” tambah Sdr. Bifa.
Pada hari kedua, acara dilanjutkan dengan Workshop Penyusunan Program Pengendalian Iklim. Sebelumnya, terdapat paparan materi mengenai program-program yang lolos pendanaan dari GCF dan GEF. Didampingi fasilitator, para peserta dikelompokan menjadi beberapa kelompok untuk menyusun programnya masing-masing.
Dalam kesempatan ini, Sdr. Bifa mengusulkan proyek Pengembangan Mangrove Education Center of KeSEMaT (MECoK) sebagai Kawasan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat.
“Saya mempresentasikan sejarah MECoK dari tahun 2003 hingga 2018, mulai dari lahan yang tadinya gersang hingga sekarang menjadi hijau dipenuhi oleh berbagai macam spesies mangrove. Saya juga menjelaskan mengenai potensi MECoK yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh warga sekitar,” jelas Presiden. “KeSEMaT dengan salah afiliasinya, yaitu Yayasan IKAMaT, saat ini sedang berusaha mengubah MECoK menjadi salah satu ekowisata mangrove andalan di Kabupaten Jepara,” tuturnya.
Acara dilanjutkan dengan sharing and feedback session oleh setiap kelompok yag ditutup dengan foto bersama dan saling bertukar kontak antar sesama peserta. (BAM/AP/ADM).