Bakauheni – KeSEMaTONLINE. Selama empat tahun terakhir ini, KeSEMaT dipercaya oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Tim Riset Pemantauan Ekosistem Mangrove untuk Proyek Reef Health Monitoring (RHM) 2019 di Lampung. Bulan kemarin (15/7/19), setelah sebelumnya dilakukan di Maumere, KeSEMaT terbang ke Bakauheni untuk kembali melakukan penelitian mangrove di Lampung.
Sebagai informasi, RHM merupakan Program Pemantauan Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Sekitarnya yang meliputi ekosistem mangrove dan lamun.
Sdr. M. Zaky Afkar A. H. (MENWIRA) selaku perwakilan dari KeSEMaT menjelaskan bahwa proyek ini merupakan agenda tahunan dari LIPI untuk mengetahui kondisi terkini tiga ekosistem penting di pesisir, yaitu mangrove, karang dan lamun.
Lagi, terbang mangroving ke Bakauheni.
“Untuk itulah, Tim Riset RHM dibagi menjadi tiga, yaitu tim mangrove, tim karang dan tim lamun,” jelas Sdr. Zaky. “Tim mangrove yang diwakili KeSEMaT bertugas menyelesaikan 12 titik pengamatan dengan total 41 plot transek,” tambahnya.
Tim berangkat dari Semarang menuju Bandar Lampung. Sampai di lokasi, tim makan siang bersama dan segera menyiapkan peralatan untuk riset esok hari.
“Medan di sini cukup menantang dan perlu stamina ekstra karena mangrovenya sangat rapat dengan diameter pohon yang relatif besar,” kata MENWIRA. “Untuk berjalan antar plot-pun juga sangat sulit,” terangnya lagi.
Tim Riset RHM.
Tim Mangrove KeSEMaT (TMK) menyelesaikan 12 titik pengamatan selama empat hari kerja. Tim berangkat menuju lokasi, mulai pukul 07.00 – 17.00 WIB di setiap harinya. Stasiun titik pengamatan berada di dekat Pelabuhan Bakauheni yang menjadi lalu-lalang kapal besar yang bersandar.
Sdr. Aditya Sukma Bahari (IKAMaT), selaku koordinator TMK menjelaskan bahwa kondisi perairan di lokasi penelitian terpantai cukup bersih namun dengan tingkat kecerahan sangat rendah karena terkena arus yang membawa banyak substrat dan partikel.
“Proyek ini berhasil mengambil data pemantauan mangrove yang meliputi data tinggi, keliling, seedling, sampah dan tebangan mangrove,” ungkap Sdr. Aditya. “Parameter lingkungan yang diambil, seperti suhu air, suhu udara, pH, salinitas dan juga tutupan kover daun mangrove menggunakan metode fotografi hemisperikal,” pungkasnya. (AP/ADM/MZAAH).