Semarang – KeSEMaTONLINE. KeSEMaT berkesempatan menjadi narasumber pada Kuliah Mangrove (KM) #7 yang diselenggarakan oleh KeMANGTEER Serang, dengan tema “Mangrove and Biodiversity.” Dalam kesempatan ini, Sdr. Paspha Ghaishidra Muhammad Putra, selaku Presiden KeSEMaT periode 2019/2020, berbagi pengalaman dan pengetahuannya, mengenai biodiversitas yang dapat ditemukan di ekosistem mangrove, pada umumnya (11/7/2020).
KM #7 ini dilaksanakan melalui platform WhatsApp Group yang dihadiri oleh berbagai kalangan, meliputi mahasiswa, pelajar, perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi bahkan dosen. KM berlangsung mulai pukul 13.00 – 15.00 WIB.
Acara dibuka oleh moderator Sdri. Eka Puspitawati, selaku Marketing Communication KeMANGTEER Serang periode 2019/2020, dengan memperkenalkan narasumber terlebih dahulu, dan pengenalan biodiversitas mangrove secara singkat.
Setelah pembukaan dilakukan oleh moderator, materi langsung dilanjutkan oleh Sdr. Paspha, yang dimulai dengan pengenalan diri dan pemaparan materi, yang dilakukan menggunakan voice note.
Pemaparan Materi
Sdr. Paspha menyampaikan secara singkat bahwa mangrove adalah ekosistem yang berada pada daerah pesisir yang dipengaruhi pasang surut air laut, Mangrove juga memiliki tiga komponen, yaitu mangrove mayor, mangrove minor dan mangrove asosiasi.
Materi selanjutnya yang disampaikan adalah mengenai jenis fauna mangrove yang dibedakan dua kelompok, yaitu kelompok fauna darat (terrestrial) dan perairan (aquatic).
“Aves, insekta, mamalia dan reptil merupakan jenis fauna darat, sedangkan ikan, gastropoda krustasea dan plankton merupakan jenis fauna perairaan,” jelas Presiden. “Selain fauna yang saya sebutkan tadi, juga terdapat keanekaragaman mikroorganisme di dalam ekosistem mangrove,” tambahnya.
Tanya Jawab
Setelah sesi pemaparan selesai, KM memasuki sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan menarik datang dari Sdr. Yuan Adhi Negara, yang berasal dari Pontianak, “Apakah bisa, suatu tempat dengan sedikit jenis tanaman mangrove yang ditanam, akan dapat mendatangkan banyak jenis fauna? Lalu, apakah susah, menanam jenis mangrove, selain Bakau dan Api-api?”
Sdr. Paspha menjelaskan bahwa mangrove akan memiliki fungsi ekologis, pada saat mampu membentuk komunitas yang luas. Jika mangrove yang ditanam hanya satu, dua atau tiga jenis saja, maka mangrove belum dapat membentuk komunitasnya, sehingga fungsi ekologisnya belum optimal. Akibatnya, tidak banyak fauna yang berasosiasi dengannya.
Presiden juga mengatakan bahwa pada saat melakukan penanaman, kita harus mengetahui substratnya, apakah lumpur berpasir atau pasir berlumpur, karena substrat dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit mangrove yang ditanam.
“Tipologi pantai, pasang surut dan arus air laut pada lokasi penanaman, juga harus diperhatikan. Jenis Sonneratia dan mangrove lainnya, memiliki treatment penanaman yang berbeda. Tidak sulit, apabila kita sudah mengetahui tekniknya,” pungkas Presiden. (ADM/PGMP/FN).