Semarang – KeSEMaTONLINE. KeSEMaT kembali menjadi narasumber, kali ini pada diskusi online yang diselenggarakan oleh School of Coastal Environment (Schoove) dari Universitas Brawijaya (UB), Malang. Selain KeSEMaT, terdapat juga narasumber lainnya, yaitu Remote Sensing and Modelling Study Club (Resim) UB yang bergerak di bidang pemetaan. Diskusi bertema Peran Pemuda dalam Konservasi serta Social Empowerment Kawasan Pesisir. Pada kesempatan ini, KeSEMaT diwakili oleh Sdr. Paspha Ghaishidra Muhammad Putra (Presiden).
Acara dimulai pada pukul 19.00 WIB yang langsung dibuka oleh moderator, Sdr. Barnabas Yoseph dari Schoove. Kemudian, acara dilanjutkan dengan pengenalan ketiga narasumber, menggunakan platform Zoom Cloud Meetings. Acara juga dihadiri oleh dosen, akademisi, pelajar dan organisasi kepemudaan lainnya. Acara berlangsung hingga pukul 21.00 WIB.
Materi pertama disampaikan oleh Sdri. Fadhilah Estu Nuryani dari Resim UB mengenai Konservasi Mangrove dengan Pemetaan Kualitas Perairan dan Kerapatan Mangrove Menggunakan Citra Satelit Landsat-8. Sdri. Fadhilah juga menjelaskan peran Resim dalam pengembangan penelitian di daerah pesisir dengan pendekatan spasial, yang dapat membantu proses perencanaan dan pengelolaan daerah pesisir secara terpadu dan terintegrasi.
Selanjutnya, materi disampaikan oleh Sdr. Putra Malik Akbar dari Schoove UB, yang menjelaskan bahwa Schoove hadir untuk mengangkat nilai-nilai kearifan lokal warga pesisir, agar dapat memanfaatkan sumber daya yang terdapat di daerah pesisir, selaras dengan upaya konservasi, sehingga warga pesisir dapat memanfaatkannya secara berkelanjutan.
Terakhir, materi disampaikan oleh Sdr. Paspha yang menjelaskan bahwa KeSEMaT memulai perjalanannya dari Desa Teluk Awur, Jepara pada tahun 1998, yang diprakarsai oleh sembilan orang mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, yang prihatin dengan kondisi kampus mereka yang terancam oleh abrasi air laut.
“Pada awalnya, KeSEMaT hanya memfokuskan diri pada kajian ekosistem mangrove, untuk membekali para anggotanya dengan pengetahuan mangrove, sebagai bekal penyelamatan kampus mereka dari abrasi air laut, yang diwujudkan melalui program penanaman mangrove secara kontinyu dan terukur,” tutur Presiden.
Selain itu, Presiden juga menyampaikan mengenai peran KeSEMaT dalam kiprahnya selama hampir 20 tahun, yang secara konsisten melakukan aksi penyelamatan hutan mangrove di Indonesia bahkan dunia, dengan cara konvensional dan digital, pembuatan industri mangrove kreatif, start up mangrove, warga binaan, brand kampanye mangrove dan penciptaan aktor penyelamat mangrove di pesisir Indonesia.
“Alhamdulilah, dengan kerja keras, konsistensi serta bantuan dari seluruh pihak yang terlibat, maka pada tahun 2016, KeSEMaT mendapatkan penghargaan pada 10th Tayo ASEAN Award sebagai Organisasi Kepemudaan Terbaik di ASEAN, dan juga pada tahun 2019, KeSEMaT mendapatkan penghargaaan tertinggi di bidang lingkungan, yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu Penghargaan KALPATARU,” tambah Sdr. Paspha Ghaishidra Muhammad Putra.
Setelah sesi pemaparan selesai, acara memasuki sesi diskusi dan tanya jawab. Sdri. Rasya Jauhar menanyakan kepada Sdr. Paspha mengenai cara memunculkan kepedulian terhadap laut dan daerah pesisir kepada masyarakat awam, yang cenderung lebih memikirkan keuntungan ekonomi dibandingkan kelestarian lingkungannya.
“Awalnya, warga pesisir berpikir bahwa ekosistem mangrove tidak memiliki manfaat yang jelas. Oleh karenanya, banyak dari mereka yang mengalihfungsikan lahan mangrove tersebut sebagai tambak, karena dinilai lebih memiliki nilai ekonomi yang tinggi,” jawab Presiden. “Namun, seiring dengan berjalannya waktu, melalui edukasi mangrove yang kami sampaikan, maka mereka mulai mengerti mengenai mangrove secara lebih mendalam. Untuk itu, penyuluhan kepada mereka mengenai kajian valuasi ekonomi mangrove, harus terus kita lakukan, untuk mengajarka kepada mereka bahwa betapa berharganya mangrove dari sisi ekonomi, sehingga akan dapat terus dijaga kelestariannya,” terangnya lebih lanjut.
Pada akhir diskusi, Presiden tak lupa juga mengkampanyekan mangrove melalui Buku Mat Kesem: Kolak Api-Api Neri yang dirilis oleh yayasan milik KeSEMaT, yaitu Yayasan IKAMaT, sembari menambahkan bahwa semoga acara ini merupakan pintu bagi Schoove, KeSEMaT dan Resim untuk dapat berkolaborasi di kemudian hari, sehingga dapat memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat pesisir. (ADM/PGMP/AP).