Kudus – KeSEMaTONLINE. KeSEMaT kembali memenuhi undangan sebagai narasumber dalam rangka Pembekalan Peserta Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif bagi Kelompok Tani Hutan yang diselenggarakan oleh Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah II, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) di Balai Raos, Kota Kudus. (3/3/21).
Dalam kesempatan ini, Sdr. Paspha Ghaishidra Muhammad Putra (Presiden) berbagi pengalaman dan pengetahuannya mengenai pengolahan produk-produk dari tanaman mangrove, berupa jajanan, batik dan kopi mangrove yang selama ini sudah dilakukan oleh KeSEMaT.
Diskusi dihadiri oleh berbagai Kelompok Petani Mangrove dan Kelompok Petani Kopi yang berasal dari Kota Kudus, Pati hingga Jepara. Selain KeSEMaT, diskusi kali ini juga mendatangkan narasumber lainnya, yaitu Bpk. Hari Martono, ST, MM, sebagai pelaku usaha pembuatan mesin tepat guna untuk pengolahan pasca panen produk-produk pertanian. Acara ini berlangsung mulai pukul 09.00-14.00 WIB.
Presiden KeSEMaT pada saat menyampaikan materinya.
Acara dibuka dengan sambutan dari Bpk. Pujiharini, S.Hut, MP, selaku Kepala CDK Wilayah II dengan memperkenalkan narasumber terlebih dahulu, dan tujuan diadakannya kegiatan.
“Saya berharap, semoga acara pada pagi hari ini, dapat berjalan dengan lancar hingga selesai, dan harapan saya, hasil dari acara ini akan dapat bermanfaat bagi petani mangrove ataupun kopi, dalam peningkatan usaha ekonomi produktifnya,” ujar Bpk. Pujiharini.
Materi pertama disampaikan oleh Sdr. Paspha. Presiden menyampaikan bahwa mangrove dapat diolah menjadi berbagai macam jajanan, seperti kerupuk mangrove, stik mangrove, kue lumpur mangrove bahkan cendol mangrove. Kandungan gizinya pun juga tinggi, seperti tepung mangrove dari jenis Bruguiera gymnorrhiza mengandung karbohidrat hingga 23% dan untuk jenis Avicennia marina mengandung karbohidrat hingga 21%.
Kopi dari propagul buah mangrove.
Selain itu, materi pengolahan mangrove sebagai pewarna alami batik, juga disampaikan oleh Sdr. Paspha. Presiden menjelaskan bahwa limbah propagul mangrove yang tidak dimanfaatkan, ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi, ketika sudah diolah menjadi pewarna batik alami yang ramah lingkungan.
“Batik mangrove yang kami produksi, selain menggunakan 100% pewarna alami dari limbah mangrove yang ramah lingkungan, juga memiliki motif cantik flora dan fauna eksotis, yang ada di hutan mangrove. Harga jualnya juga tinggi,” tutur Presiden.
Materi selanjutnya adalah pengolahan kopi mangrove, yaitu kopi yang dicampur dengan bahan olahan propagul mangrove yang sudah dikeringkan, kemudian disangrai dan dihaluskan. Menurut Presiden, kopi mangrove sendiri merupakan produk yang saat ini sedang hangat dibicarakan, karena menurut sebagian besar masyarakat pesisir, jenis kopi ini memiliki khasiat sebagai minuman penambah stamina pria.
Bpk. Hari tertarik bekerja sama dengan KeSEMaT.
Materi kedua disampaikan oleh Bpk. Hari dengan harapan agar petani mangrove dapat mengembangkan salah satu produknya, yaitu kopi mangrove dengan lebih mudah dan cepat, karena mesin tepat guna untuk pengolahan kopi mangrove ini, dapat membantu dalam proses produksi hingga pengemasan.
“Saya ingin bekerja sama lebih lanjut dengan KeSEMaT dalam mengembangkan mesin tepat guna kopi mangrove ini, agar dapat disalurkan kepada masyarakat pesisir yang membutuhkan,” kata Bpk. Hari.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama kelompok tani, yang ditutup dengan closing statement dari para narasumber dan foto bersama. (ADM/PGMP/AP).