Semarang – KeSEMaTONLINE. KeSEMaT kembali menjadi trainer pelatihan. Kali ini, dalam rangka mendukung Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) yang diaplikasikan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegroro (UNDIP). BEM FPIK UNDIP meminta KeSEMaT untuk membina dan melatih batik mangrove kepada 25 warga Desa Tambakbulusan, Demak yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga, mulai dari pagi hingga sore hari. (6/11/21).
“Kami mengajak KeSEMaT untuk membantu kami memberikan pelatihan batik mangrove,” jelas Sdr. Bowo, selaku Koordinator PHP2D BEM FPIK UNDIP. “Sejauh yang kami lihat, KeSEMaT telah berhasil mengembangkan berbagai macam produk mangrove, salah satunya batik, dan juga telah mempunyai warga binaan sendiri. Kami berharap, KeSEMaT dapat menyalurkan ilmunya kepada kami dan ibu-ibu di desa ini,” tambahnya.
Suasana pelatihan batik mangrove Mas Bamat.
Sebagai informasi, Desa Tambakbulusan berdekatan dengan pesisir laut yang memiliki tempat wisata bernama Pantai Glagah Wangi. Ekosistem mangrovenya memiliki spesies yang cukup beragam, salah satu yang mendominasi adalah Rhizophora mucronata.
“Beberapa warga desa kami telah membuat makanan olahan dari mangrove, seperti kerupuk dan kue mangrove,” terang Ibu Isrofah, selaku Lurah setempat. “Sebenarnya, kami ingin mengolah Bakau untuk dijadikan produk yang bernilai ekonomis lainnya, karena memang Bakau di sini cukup banyak. Saya mendapat kabar, ternyata KeSEMaT sudah pernah membuat batik dari Bakau. Untuk itulah kami mau belajar dari KeSEMaT,” lanjutnya.
KeSEMaT mengajarkan warga Demak membatik mangrove.
Ibu Isrofah menambahkan bahwa dia dan ibu-ibu warga desa, sangat senang dengan datangnya KeSEMaT ke desa mereka. Mereka berharap, setelah diadakannya pelatihan ini, mereka dapat membuat batik dari Bakau untuk dijadikan oleh-oleh bagi pengunjung yang berwisata di Pantai Glagah Wangi.
Kegiatan dimulai dengan pemberian materi mengenai batik mangrove yang disampaikan oleh Sdr. Anggoro Da’an Budi Saputro (MENWIRA). Materi yang diberikan berupa pengertian batik mangrove, bahan yang digunakan hingga cara pengolahannya.
Kegiatan lalu dilanjutkan dengan praktik pelatihan pengolahan batik mangrove di Gedung Serba Guna (GSG) desa. Praktik pelatihan mencakup pembuatan pola, pemberian lilin, pemberian pewarna dan penjemuran.
Foto bersama selepas pelatihan.
“Antusiasme ibu-ibu dalam mengikuti pelatihan batik mangrove sangat tinggi. Hal ini, karena baru pertama kali ini, pelatihan membatik dilakukan di desa ini,” jelas Sdr. Anggoro. “Pada saat praktik pengolahannya pun, mereka berlomba-lomba mendapatkan hasil batik mangrove terbaik,” tambahnya.
Keseluruhan acara berlangsung dengan baik dan lancar yang ditutup dengan penyerahan kain batik mangrove dari KeSEMaT kepada peserta pelatihan dan foto bersama. (ADBS/AP/ADM).