Semarang – KeSEMaTONLINE. KeSEMaT kembali didaulat sebagai pembicara dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi Kelompok Pecinta Alam (KPA) dan Kader Konservasi Alam dengan tema Bagaimana Menjadi KPA Handal. Acara yang diselenggarakan oleh Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah III Provinsi Jawa Tengah (Jateng) ini, diselenggarakan di Ruang Bromo, Hotel C3, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jateng. Pada kesempatan ini, KeSEMaT diwakili oleh Sdr. Faiz Ghoffar Ardani (Presiden), selaku pembicara. (30/5/2022).
Bimtek dihadiri oleh kurang lebih 30 orang yang terdiri dari Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD), dosen, mahasiswa dan para pegiat lingkungan di Jawa Tengah, yang dimulai pada pukul 08.00 – 21.30 WIB.
Selain KeSEMaT, kegiatan ini dihadiri oleh Unit Pelaksana Tugas (UPT) Konservasi UNNES, Balai Taman Nasional (TN) Gunung Merbabu dan KPA Pinoes. Acara diawali dengan pembukaan dan doa bersama yang dipimpin oleh moderator. Selanjutnya, diikuti dengan sambutan dari Ibu Pujiharini (Kepala CDK Wilayah III).
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi pertama oleh UPT Konservasi UNNES berupa Pengelolaan Limbah Sampah Menjadi Bernilai Ekonomi Dalam Upaya Pelestarian Alam dan Dasar-dasar Konservasi, Biodiversity dan Kebijakan Konservasi di Indonesia. Pemaparan materi kedua disampaikan oleh TN Gunung Merbabu berupa Kebijakan pada KPA di Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Merbabu. Selanjutnya, materi ketiga disampaikan oleh KPA Pinoes berupa Motivasi Berkecimpung dalam Kegiatan KPA. Puncak acara, pemaparan materi disampaikan oleh KeSEMaT mengenai Bagaimana Menjadi KPA Handal.
Sdr. Faiz menyampaikan bahwa untuk menjadi suatu KPA yang handal, proses yang dilalui sangat panjang dan penuh dengan rintangan.
“KeSEMaT adalah organisasi mahasiswa yang fokus pada pelestarian hutan mangrove, dibawah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Kami terbentuk pada tanggal 9 Oktober 2001 di Jepara,” kata Presiden. “Telah banyak rintangan yang kami lalui, selama perjalanan selama kurang lebih 20 tahun melestarikan mangrove dan memberdayakan warga pesisirnya di Indonesia, terkhusus di Pantai Utara Jawa. Melalui proses yang panjang, akhirnya KeSEMaT sukses dikenal di dalam dan luar negeri, dengan banyak prestasi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Presiden menjelaskan beberapa aspek penting untuk menjadi KPA yang sukses. Beberapa hal inilah yang menjadikan KeSEMaT berhasil meraih penghargaan sebagai Juara 1 Lomba Wana Lestari sebagai KPA Terbaik di Indonesia sehingga diundang ke Istana Negara bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo. Menurutnya, terdapat lima aspek sebagai pondasi berjalannya KPA yang baik.
“Kita harus selalu menjaga nilai-nilai yang baik dalam organisasi. Pertama, kepemilikan sumber daya manusia yang handal. Kedua, adanya tujuan jelas yang diimplementasikan dalam program kerja. Ketiga, harus ada aspek keberlanjutan dalam setiap program kerja. Keempat, pembentukan afiliasi sebagai upaya pengembangan jaringan. Dan yang terakhir, asas kebermanfaatan, dimana semua program kerja KeSEMaT harus berdampak positif kepada lingkungan dan orang banyak,” jelas Presiden.
Sdr. Faiz juga menekankan pentingnya KPA memiliki afiliasi. Afiliasi dapat dikatakan sebagai ‘anak perusahaan’ yang berfungsi untuk mengembangkan dan memperluas jaringan, dengan fokus masing-masing yang lebih spesifik.
“Sampai saat ini, KeSEMaT telah memiliki empat afiliasi yang terintegrasi dengan KeSEMaT, yaitu, yayasan Inspirasi Keluarga KeSEMaT (IKAMaT), yang banyak mengerjakan proyek rehabilitasi mangrove dalam skala yang lebih besar dan luas, perusahaan KeSEMaT Mangrove Indonesia (KeMANGI), yang merupakan perusahaan tempat menjual produk-produk olahan mangrove bukan kayu, komunitas KeSEMaT Mangrove Volunteer (KeMANGTEER), sebagai relawan mangrove KeSEMaT yang tersebar di 12 kota di Indonesia dan komunitas Keluarga Alumni KeSEMaT (KeAMaT), yang merupakan wadah berkumpul dan silaturahminya para Alumni KeSEMaT,” tambahnya.
Di akhir pemaparannya, Presiden berpesan kepada para peserta bahwa sebagai kader konservasi harus terus meningkatkan jiwa konservasi dan menebar asas kebermanfaatan, tidak hanya ke lingkungan saja, melainkan juga ke masyarakat sekitar, yang bergantung hidupnya pada ekosistem di lingkungan tersebut. (ADM/FGA/AP).