Pekalongan – KeSEMaTONLINE. KeSEMaT kembali mendampingi riset mangrove, kali ini mengenai Enhancing Climate Change Resilience of Social-Ecological Systems in the Coral Triangle and Its Surrounding Areas kepada E-Asia Joint Research Program (E-Asia JRP). (12-13/11/2023).
Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama riset internasional E-Asia JRP yang melibatkan berbagai institusi, yaitu Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Halu Oleo (UHO), Japan Space Systems (JSS), Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS), Tokyo Institute of Technology (Tokyo Tech), dan Universitas Palangka Raya (UPR).
Bpk. Prof. Kazuyo Hirose, Ph.D dan Bpk. Dr. Tomomi Takeda (JSS, Japan) mengatakan bahwa informasi terbaru terkait teknologi data hiperspektral diperoleh melalui berbagai sensor, terutama HISUI (Hyperspectral Imager Suite) yang dipasang pada ISS (International Space Station) dan sensor LCTF (Liquid Crystal Tunable Filter). Mereka menjelaskan mengenai pemanfaatan data hiperspektral dalam berbagai bidang, seperti perikanan, kehutanan, pertanian, dan geologi/pertambangan.
Bpk. Hendrik Segah, Ph.D (Direktur Pusat Pengembangan IPTEK dan Inovasi Gambut (PPIIG) UPR menambahkan bahwa penggunaan data hiperspektral yang diperoleh langsung dari lapangan menggunakan spectrophotometer (ASD FieldSpec3) dapat digunakan untuk koleksi pustaka spektral dan identifikasi spesies pada ekosistem mangrove, rawa gambut, dan ekosistem lainnya.
Koleksi pustaka spektral dari berbagai spesies ini sangat bermanfaat dalam identifikasi, klasifikasi, dan analisis pemetaan spesies dengan data citra hiperspektral yang lebih presisi dan akurat.
Pada saat pengambilan data di lapangan di Demak dan Pekalongan, KeSEMaT mendampingi Bpk. Hendrik dan Bpk. Prof. Hirose dalam memanfaatkan teknologi hiperspektral dari Jepang untuk menghasilkan spektral reflektan dari tumbuhan mangrove.
Pengambilan data hiperspektral mangrove di lapangan.
Spektral reflektan merupakan hasil tembakan alat pada tajuk tumbuhan mangrove, dimana setiap spektral reflektan akan merepresentasikan spesies mangrove yang berbeda-beda.
Sdr. Alfian Rizqi Hidayat (MENPORSI) menjelaskan bahwa kegiatan riset mangrove ini dilakukan di Desa Bedono dan Morosari, Demak dan Kota Pekalongan.
“Riset mengenai cara identifikasi jenis-jenis mangrove dengan teknologi hiperspektral belum banyak dilakukan di Indonesia,” kata Sdr. Alfian. “Saya mendampingi Bapak Hendrik dan Prof. Hirose sebagai penganalis vegetasi mangrove secara manual dengan tetap memperhatikan ciri-ciri dari setiap spesies mangrove tersebut apakah sesuai dengan spektral yang dihasilkan,” tambahnya.
Bpk. Hendrik menekankan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies mangrove tanpa perlu mengetahui ciri-ciri spesies tersebut secara manual. Hasil spektral riset ini juga dapat digunakan sebagai data pembanding terhadap data citra. Namun demikian, alat ini sangat bergantung pada kondisi atmosfer, seperti kelembapan, asap, debu, awan, dan karbon dioksida yang dapat mempengaruhi respon sensor.
Bpk. Prof. Hirose menambahkan bahwa setiap spesies tumbuhan memiliki pola spektral yang unik, yang memungkinkan mereka untuk dengan mudah diidentifikasi menggunakan data penginderaan jauh. Spektral mangrove berbeda dengan jenis vegetasi lainnya karena dipengaruhi oleh kondisi habitat mangrove yang cenderung tergenang air.
Keseluruhan kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga sore hari berlangsung dengan baik dan lancar yang diakhiri dengan pengolahan data dan pembandingan dengan data citra untuk menunjukkan spesies mangrove yang berbeda di setiap lokasi. (ADM).