Kami mengerjakan program penyelamatan mangrove secara swadaya di Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara, bekerja sama dengan mitra kerja kami di lingkup ASEAN.
Kami berhasil menghijaukan kembali kurang lebih 1 ha lahan mangrove gundul di pesisir pantai Desa Teluk Awur, Jepara melalui program penanaman dan pemeliharaan mangrove secara kontinyu dengan kelulushidupan mencapai 90%, di setiap tahunnya, mulai dari tahun 2003 sampai dengan sekarang.
Selama kurun waktu 2003 sampai dengan saat ini, maka kami telah menanam kurang lebih 100.000 bibit mangrove di berbagai pesisir di Jawa, dengan tingkat kelulushidupan cukup tinggi, yaitu rata-rata 80%.
Untuk penyelamatan ekosistem mangrove melalui pembuatan Pusat Pendidikan Keanekaragaman Hayati Jenis Mangrove, kami memusatkannya di Teluk Awur, Jepara dan sudah kami lakukan sejak tahun 2001 sampai dengan sekarang.
Untuk program rehabilitasi mangrove di luar Jepara, seperti di Brebes, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Demak, Pati, Semarang, Rembang, dan lain-lain, mulai dilakukan dari tahun 2012 sampai dengan sekarang, kami bekerja sama dengan berbagai CSR perusahaan, LSM dan pemerintah.
Untuk penyelamatan ekosistem mangrove, kami membuat Pusat Pendidikan Keanekaragaman Hayati Jenis Mangrove yang dipusatkan di Teluk Awur, Jepara dengan total area kurang lebih 1 ha.
Untuk program pendampingan penanaman mangrove yang kami lakukan bekerja sama dengan BUMN di Indonesia, maka luas total area yang sudah ditanami mangrove kurang lebih 38 ha, ini belum ditambah dengan kerja sama CSR KeSEMaT dan area kerja delapan komunitas relawan mangrove mereka di berbagai kota di Indonesia.
Untuk pengembangan konsep dan implementasi industri mangrove kreatif di Indonesia dipusatkan di Mangkang Wetan dan, kawasan Bandara Ahmad Yani, Semarang, dengan membentuk tiga warga binaan dan satu warga dampingan, yaitu satu warga binaan Mas Bamat (kelompok batik mangrove), dua warga binaan Mbak Jamat (kelompok jajanan mangrove, di Mangkang Wetan) dan satu warga dampingan bersama yayasan mangrove KeSEMaT, yaitu Yayasan IKAMaT (kelompok pembibit mangrove, di kawasan Bandara Ahmad Yani).
Kami yakin bahwa konsep swadaya adalah konsep pembangunan mangrove yang tepat, mengingat kerusakan mangrove sudah hampir merata tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.
Pendekatan dari atas ke bawah, dimana sangat menggantungkan pihak atas sebagai konseptor tanpa banyak melibatkan masyarakat selaku pihak eksekutor kegiatan, telah terbukti gagal dalam merangsang akar rumput meneruskan berbagai program yang telah diimplementasikan.
Peran tokoh masyarakat, kalangan pemuda yang dibantu oleh pemerintah, swasta, LSM dan pihak lain yang bergerak dari bawah secara swadaya, terbukti lebih baik dalam melakukan pengelolaan mangrove di beberapa pesisir Jawa dan Indonesia.
Hal inilah yang coba kami lakukan, dimana kami menjembatani konsep-konsep pemberdayaan masyarakat dari tingkat bawah, untuk kemudian kami undangkan ke nasional, regional bahkan internasional di ASEAN.
Konsep kampanye mangrove kami mencoba menyematkan mangrove dalam kehidupan sehari-hari, sebagai sebuah gaya hidup hijau yang menyentuh semua lapisan masyarakat.
Kami yakin, dengan demikian, maka masyarakat akan merasa memiliki dan terus berusaha menyelamatkan mangrove sesuai dengan konsep yang dinisiasi oleh dari dan untuk mereka sendiri. (GRE).